Selasa, 03 April 2018

Cari Kreativitas Yogyakarta dalam Tur Kerajinan Kasongan


Cari Kreativitas Yogyakarta dalam Tur Kerajinan Kasongan

* Artikel ini adalah program dari Research Indonesia, aplikasi GNFI yang bekerjasama dengan Citilink dan Aerotrans untuk mendapatkan perjalanan
Membangkitkan Kemungkinan dan Inspirasi Indonesia. Adimas dan Diajeng Stars (Foto: Great DR / GNFI) Saat mengacu pada wikipedia,
Desa Kasongan seharusnya mulai dikerjakan serius sebagai desa wisata akan menjadi awal era 70-an. Pada saat itu
seorang seniman bernama Sapto Hudoyo mengasuh seniman lokal untuk menjadi lebih kreatif dan efektif dalam menciptakan produk yang bernilai komersial.
Desa Kasongan pada pandangan pertama memang terlihat kecil, tetapi di dalamnya tampaknya memiliki kemakmuran yang sangat luar biasa. Kekayaan adalah sesuatu yang berkelanjutan
kreativitas yang dihasilkan dari produksi ke produksi. Gerongan tembikar (Foto: Great DR / GNFI) Baca juga: Diajeng dan Dimas, Pecinta
dari Clay Itu Akan Membuat Anda Lebih Besar Menyimpan Adimas dan Diajeng Stars (Foto: Good DR / GNFI) Selain melihat karya,
Tim mengeksplorasi Indonesia juga bertanya tentang latar belakang desa wisata. Sesuai dengan Toyok (artis celengan)
menyatakan bahwa desa-desa kerajinan telah ada sebelum Indonesia menjadi terpisah. Hanya itu jika barang itu dibuat hanya
terbatas pada kebutuhan rumah tangga Anda sendiri. Bertentangan dengan yang sekarang yaitu kerajinan kreatif. Di beberapa sudut desa ini
ada juga seniman rock atau keramik. Hanya saja tim jelajah Indonesia belum sempat mengunjungi, karena waktu sudah habis
sangat terbatas. Desa ini cukup mudah dikenali oleh gerbang masuk yang jelas terpampang. Saat memasukkan
desa, maka sisi kanan kiri akan segera melihat banyak fungsi kreatif penduduk desa. Dimulai
dari vas bunga, furnitur, atau aksesori. Patung Tembikar Kasongan (Foto: Great DR / GNFI) Gerongan tembikar (Foto: Good DR
/ GNFI) Bisa jadi, desa ini adalah tempat yang tepat bagi wisatawan yang ingin mencari souvenir dalam bentuk kerajinan tangan
komunitas Yogyakarta. Bahkan jika beruntung, wisatawan juga dapat melihat langsung proses pembuatan kerajinan buatan lokal
pemain. Ini seharusnya diberkati karena para seniman tidak terus-menerus di bengkelnya untuk melakukan pekerjaan. Sesekali mereka
bekerja setiap hari, atau kadang-kadang hanya pada waktu seperti akhir pekan. Yogyakarta pernah disebut daerah. Bukan hanya karena
latar belakang historisnya, tetapi juga kekayaan imajinasinya yang tidak pernah berhenti berdetak. Ketika sambang menjadi Daerah Istimewa
Yogyakarta melanda Indonesia beberapa waktu lalu. Tim Explorers Indonesia cukup beruntung untuk bertemu dengan dua artis yang telah ada
masih bekerja di bengkelnya saat itu. Dia-dia sedang mengerjakan karya tanah liat yang berbentuk seperti boneka menggunakan fungsi sebagai celengan.
Adimas bersama dengan Diajeng, nama boneka itu. Keduanya ditawarkan berpasangan dan sering digunakan sebagai hadiah pernikahan. Tertentu
Sekali lagi, biaya satu set agak murah. Patung Tembikar Kasongan (Foto: Great DR / GNFI) Tim Eksplorasi bermaksud
temukan inspirasi dari desa wisata yang konon adalah desa tempat para pengrajin tanah liat berkumpul. Desa ini disebut Kasongan
Desa Wisata terletak di barat daya. Tepatnya Kabupaten Bantul.Baca juga: map raport

Tidak ada komentar:

Posting Komentar