Rabu, 04 Oktober 2017

Kerajinan Kulit Kayu dari Lembah Bada Poso


Kerajinan Kulit Kayu dari Lembah Bada Poso

Barang fuyu ditawarkan mulai dari harga sekitar Rp100 juta. Sejauh ini, penjualan telah dilakukan melalui online dan
pameran yang diikuti Kulit sapi yang dicampur dengan batang pohon membuat warna, agar lebih banyak varian warna. Kuning dicampur dengan kunyit,
tanaman biru Warna coklat dari kulit pohon putih dan beringin dari kulit pohon murbei. "Pada tahun 2013 kami bertemu dengan pengrajin kayu di
Lembah Bada untuk pertama kalinya, dimana kita bertemu dengan ibu-ibu setempat yang membuat kain, "ceritanya kepada VIVA.co.id, belum lama ini.
Setelah itu mereka memberikan hasilnya ke Poso untuk didemonstrasikan. "Ini bahanmu (kain kulit kayu buatan perajin Poso) kemarin
Meski begitu, dikemas lebih modern bisa jadi ini, "ujar Effan Sebagai seorang profesional, Effan mempertimbangkan bersama dengan kain kulit kayu itu.
dipekerjakan selama upacara sebagai layanan custom made agar kain ini mungkin dibuat. Mereka juga bertanya kepada penduduk asli. "Istriku
Yang aktif di sana bertanya kepada masyarakat mengapa bisbol diproduksi lebih inovatif, mereka menganggap enggak bukan nilai komersial, bukan
sejuk, "jelasnya. Berjalan-jalan ke Lembah Bada, Kabupaten Poso, membawa Effan Adhiwira (34) dan istrinya Novieta Tourisia (28)
ke warisan budaya pemasaran potensial. Ini masih berjalan dalam satu tahun kalender, jadi menurutnya masih ada yang mengetahui pasar
Pilihan. Omzetn tidak bisa diperhitungkan. Manufaktur dalam sebulan masih sekitar 20 item berdasarkan pesanan dan momen
percobaan. Kain kulit kayu di telapak tangan Effan yang trendi dan istrinya dibuat untuk berbagai jenis seperti tas tangan, dompet, laptop.
totes Baru di tahun 2016 Effan secara resmi mengeluarkan nama merek untuk barang dagangan dari kain kulit kayu ini Fuyu, yang pada sambutannya di Sulawesi.
berarti kulit kayu Ia mengungkapkan setelah memahami potensinya, bukan hanya ibu yang antusias memproduksi kain kulit kayu,
Orang muda ikut membuat kain kulit kayu. Kemudian mereka meminta izin agar kain kayu itu diproses berharga. Keduanya membawa
material ke Bali dan disainnya dibantu rekan-rekannya hingga cita rasa modern kontemporer. "Selama tiga tahun kami mendorong mereka untuk melakukannya
coba buat bahannya lebih konsisten, karena ditumbuk secara manual sehingga ketebalannya terkadang berbeda, ada juga yang keropos
juga, "katanya.Baca juga: map raport

Tidak ada komentar:

Posting Komentar